Kamis, 29 Juli 2010

ketika mulut terkunci kaki dan tangan menjadi saksi


Ketika mulut terkunci, Tangan dan Kaki Menjadi Saksi

Saat hari perhitungan, allah akan menunjukkan buku amal manusia yang dicatat oleh Malaikat Raqib dan 'Atid. Dengan buku itu, semua amal akan terlihat dengan jelas. Setelah buku catatan amal itu ditinjukkan kepada kita, semua saksi akan dipanggil ke hadapan Allah untuk memberikan kesaksian. Selain itu, angota tubuh juga akan dimintai kesaksian oleh Allah.


A. Alasan Dijadikannya Anggota Tubuh Sebagai Saksi
Semua tubuh akan bersaksi atas amal kita di dunia. Mata akan bersaksi atas apa yang dilihatnya, telinga akan bersaksi atas apa yang telah didengarnya, dan lain sebagainya.

  1. Manusia adalah mahkluk Allah yang sering kali membantah Perintah-Nya. Manusia dapat berbohong dan membantah saat bersaksi. Akan tetapi, anggota tubuh tidak bisa mengingkari berbagai hal yang telah dilakukannya.
  2. Kesaksian anggota tubuh dapat menyangkal semua alasan yang diungkapkan oleh mulut. Ketika di akhirat, orang-orang kafir dan munafik mengingkari segala perbuatan yang pernah mereka lakukan di dunia.
  3. Kesaksian anggota tubuh lebih terbukti benar daripada kesaksian lainnya. Saat hari perhitungan, mulut tidak bisa bersaksi karena telah dikunci oleh Allah.
B. Kesaksian Anggota tubuh Anggota Tubuh
Ketika hari perhitungan, mulut kita benar-benar terkunci, sedangkan tangan dan kaki akan bersaksi atas amal yang pernak kita lakukan. Tangan menceritakan segala sesuatu yang pernah dibuatnya. Sementar itu, kaki bercerita tentang berbagai tempat yang telah dikunjunginya.

Allah menjadikan mulut sebagai pembicara dan kaki sebagai saksinya. Hal ini dikarenakan semua perbuatan disandarkan pada tangan. Lidah juga bisa menjadi saksi. Sebenarnya, ketika perhitungan amal, mulut akan dikunci. Mengunci mulut tidak berarti mencegah bicara, tapi hanya menguncinya agar tidak berbicara menurut kehendaknya. Intinya, mulut tetap diperkenankan bersaksi aas segala sesuatu yang pernah dijalakninya.

C. Rekaman Anggota tubuh Manusia
Ketika hari perhitungan, semua rekaman kejadian di dunia akan ditunjukkan kepada manusia. Rekaman itu akan disampaikan melalui kesaksian berbagai anggota tubuh. Bagaimana cara memahami bahwa tangan, kaki, mata, telinga, kuliat, dan seluruh bagian tubuh bisa merekam semua perbuatan kita?Bagaimana mungkin kita bisa mengingkari perbuatan di dunia jika rekaman itu ada?

D. Hikmah Kesaksian Anggota Tubuh
Dengan mengetahui adanya kesaksian anggota tubuh, lita akan memperoleh banyak hikmah. Beberapa hikmah tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Keyakinan kita terhadap kekuasaan Allah semakin meningkat. Mungkin, saat ini, kita sulit mempercayai bahwa seluruh anggota tubuh akan bersaksi atas amal manusia di akhirat. Padahal, hal ini bisa terjadi dengan kehendak dan iradah Allah. Inilah yang menjadi bukti kekuasaan Allah, yang diterangkan dalam al-Qur'an dan hadist.
  2. Kita mengetahui bahwa semua bagian tubh makhluk di jagad ray ini tunduk dan patuh kepada Allah Swt. Mereka senantiasa bertasbih dan mengagungkan asma Allah. Kita tidak mampu mendengar tasbih mereka karena keterbatasan pengetahuan kita.
  3. Kita mengetahui bahwa makhluk selain jin dan manusia yang mampu mempunyai daya pendengaran yang lebih tajam. Hewan melata ternyata khawatir bila kiamat terjadi dalam waktu dekat. Selain hewan melata, ada juga hewan lainnya yang bisa melihat sesuatu yang tak tampak oleh manusia.
  4. Dengan kekuasaan Allah, manusia bisa mendengarkan perkataan makhluk hidup lain yang tidak bisa berbicara seperti kita.

Jumat, 23 Juli 2010

KETIKA MALAIKAT MAUT MENJEMPUT


KETIKA MALAIKAT MAUT MENJEMPUT "Dari Abdullah bin Umar: Aku pernah mendatangi Nabi Muhammad
Shalallahu Alaihi wa Sallam sebagai orang kesepuluh dari sepuluh orang yang mendatangi beliau pada saat itu.
Kemudian seseorang dari kaum Anshar berdiri dan bertanya, "Wahai Nabi Allah, siapakah orang yang paling cerdik dan
terkuat pendiriannya?" Beliau menjawab, "Orang yang terbanyak mengingat kematian dan yang terbanyak persiapan
untuk menghadapi kematian. Mereka itulah orang yang paling cerdik di mana mereka berangkat dengan kemuliaan
dunia dan kehormatan akhirat" (HR Thabrani) Bulan November 2006. Sudah lebih satu minggu berlalu. Saat itu,
Bandung mulai diguyur hujan. Langit mendung dan gelap adalah hampir menjadi teman dalam keseharian beraktivitas.
Suasana dingin juga menyergap relung badan. Saat itu, belum sederas seperti saat-saat ini. Hanya berupa rintik-rintik.
Namun, cukup mampu membuat basahnya tanah. Cukup mampu juga memberi minum pada tanaman-tanaman. Rasa
syukur yang terperikan, bagi yang membutuhkan. Sama seperti saat itu. Seakan mendung juga menyelimuti suasana
kantor saya. Hampir tiga minggu berturut-turut, keluarga besar kantor dihadapkan pada suasana duka. Kematian.
Peristiwa pertama terjadi pada minggu kedua di bulan November basah itu. Buah hati tercinta seorang rekan kantor
menghadap Sang Penciptanya. Masih kecil dia. Bahkan masih balita. Sedang lucu-lucunya. Namun, waktu yang
berbicara. Masanya sudah tiba. Sang buah hati meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Menuju tempat peraduan
abadi. Penyakit bawaan dari lahirlah yang menjadi penyebab. Masih ada goresan luka di wajah kedua orang tuanya saat
kami berkunjung ke sana. Masih tersisa sembab di kedua pelupuk mata. Terbata-bata sang bunda bercerita tentang si
buah hati. Ketika proses kehamilan. Ketika proses kelahiran. Ketika proses pengobatan yang menguras tenaga dan
pikiran. Ketika munculnya harapan untuk bisa sembuh. Ketika keduanya –rekan kerja dan isterinyamenunggu
si buah hati di rumah sakit. Dan ketika proses kematian menjelang. Runtut saya mendengarnya. Kesedihan
menyelimuti ruang tamu rumahnya. Tempat kami bertamu. Kematian memang meninggalkan duka. Apalagi, oleh
kepergian orang yang dicintai. Apalagi, bagi rekan kerja saya, yang pergi adalah sang buah hati. Bukankah, bagi kedua
orang tua, sang buah hati adalah setetes embun di padang pasir? Bukankah, bagi kedua orang tua, sang buah hati
adalah pengobat rindu bagi kelelahan jiwa? Bukankah, bagi kedua orang tua, sang buah hati adalah harapan?
Bukankah, bagi kedua orang tua, sang buah hati adalah penyemangat? Karena itu, adalah wajar ketika saya melihat
duka di wajah rekan kerja saya dan isterinya. Sejarah mencatat, hal yang sama juga dirasakan oleh junjungan kita, Nabi
Muhammad, ketika ditinggal putra-putra tercintanya yang belum beranjak dewasa. Tengoklah penggalan syair yang
dikumandangkan oleh Abu Bakar Ath-Tharthusi tentang perasaan kedua orang tua ketika berpisah dengan anaknya.
...
keduanya menelan beban derita atas kematian anaknya dan tersingkap kerinduan-kerinduan yang mereka
sembunyikan terhadap anaknya niscaya ia akan meratapi sang ibu yang sesak nafas terkena... Sama. Minggu terakhir
di bulan yang sama, kembali saya mendengar peristiwa yang sama. Kematian. Saat itu, saya usai menunaikan shalat
Ashar di masjid kantor. Seorang rekan kerja bercerita tentang peristiwa itu. Sore itu, ternyata, isteri tercinta seorang
rekan kerja yang lain sudah berpulang ke Rahmatullah. Tak diduga secepat itu. Pagi tadi, masih ada rekan kerja saya
yang masih bertemu dengan rekan kerja saya itu. Artinya, pagi tadi, ketika menuju ke kantor, rekan kerja saya
meninggalkan sang isteri yang mungkin dalam keadaan baik. Memang, beberapa bulan terakhir ini, kondisi isteri tercinta
rekan kerja saya itu tidak dapat dikatakan dalam keadaan sehat wal'afiat. Penyakit ginjal telah bersemayam di dalam
tubuhnya. Ada isak tangis ketika sore itu kami melayat. Hampir seluruh rekan-rekan di kantor melayat sore itu.
Suasana duka terlihat di sekeliling rumahnya. Ramai. Dipenuhi oleh tetangga dekat rumah. Cuaca sore itu seakan
mendukung. Langit mendung. Tidak hujan memang. Sang anak, masih dengan mengenakan pakaian seragam sekolah,
terlihat menangis. Tidak hanya berupa tangis sesenggukan. Lebih dari itu. Sang bapak memegang erat tubuh si anak.
Mencoba menyabarkannya. Namun, bagi sang anak, kehilangan sang bunda untuk selama-lamanya adalah suatu beban
yang berat. Kami menunggu beberapa saat. Agak cukup lama. Saat itu, sang mayit sedang dimandikan. Setalah sang
mayit dimandikan, lalu dibawa ke rumah duka dan disemayamkan. Beberapa pelayat terlihat menyalami rekan kerja
saya. Menyampaikan belasungkawa. Begitu juga dengan kami. Ada sembab di wajahnya. Ada tangis di wajahnya. Ada
sedih di wajahnya. Begitulah yang saya lihat. Sang isteri tercinta telah mendahuluinya. Menuju Penciptanya. Suatu hal
yang wajar. Bukankah Rasulullah juga bersedih ketika sang isteri tercinta, Siti Khadijah, mendahuluinya menjemput
kematian? Bagi Rasulullah, wanita agung itu adalah sang penguat. Bagi Rasulullah, wanita mulia itu adalah teman
berbagi dalam suasana apapun, suka dan duka kehidupan dakwah. ***
Kematian. Kata itu menyiratkan sesuatu hal. Proses akhir keberadaan kita di dunia. Tahapan menuju ke alam
selanjutnya, alam kubur. Proses menuju pertanggungjawaban akan eksistensi kita selama berada di kehidupan yang
fana ini. Memang, meninggalkan duka bagi orang-orang terkasih. Namun, itulah kehidupan. Ada awal. Ada akhir. Ada
kelahiran. Ada kematian. Kita tidak pernah tahu kapan waktunya bagi kita. Kapan waktunya bagi saya. Kapan waktunya
bagi Anda. Hanya Dia yang mengetahui, Sang Pemilik Jiwa kita. Dia hanya berpesan lewat firman-Nya. Termaktub
dalam kitab suci Al-Quran. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, begitulah bunyi firman-Nya dalam Al-Quran
Surat Al-Imran ayat 185. "… ketika ajal mereka tiba, mereka tiada daya menangguhkannya ataupun
menyegerakannya sesaatpun", Al-Quran Surat Al-A'raf ayat 34 juga memperkuat tentang hal ini. Yah, setiap jiwa yang
hidup tentu akan merasakan proses itu. Ketika malaikat maut menjemput. Siapapun dia. Saya. Anda. Saudara-saudara
kita. Saudari-saudari kita. Hewan. Tumbuhan. Siapapun itu yang berjiwa. Sore ini, ketika menuliskan cerita ini, saya
merenung. Sudah cukupkah bekal saya? Sudah siapkah saya, ketika berhadapan dengan sakaratul maut yang teramat
sakit bahkan akan membuat kedua betis bertaut? Sudah siapkah saya, ketika sudah tiba saatnya bagi saya untuk
meninggal kehidupan dunia yang fana ini? Sudah siapkah saya, ketika malaikat maut menjemput saya?
--------------------------------
Sumber : Era Muslim
http://ciganjur.com/amuda - Majlis Talim AMUDA SYAROF, JAKARTA SELATAN Powered by Mambo Generated:23 July, 2010, 21:45

Rabu, 21 Juli 2010

arti sebuah kehidupan


Banyak manusia yang tidak memahami arti kehidupan. Mereka hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan kesenangan-kesenangan hidup duniawi. Slogan-slogan mereka adalah memuaskan hawa nafsunya, “Yang Penting Puas”. Prinsip dan misi mereka adalah bagaimana mereka dapat menikmati kehidupan, seakan-akan mereka tumbuh dari biji-bijian, kemudian menguning dan mati tanpa ada kebangkitan, perhitungan dan hisab.


Milik siapakah mereka? Apakah mereka tercipta begitu saja? Ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri?
Allah menciptakan kita, memberikan kepada kita kehidupan adalah untuk suatu tujuan dan tidak sia-sia:
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan sia-sia? (al-Qiyamah: 36)


Berkata Imam Syafi’i (ketika menafsirkan ayat ini): “Makna sia-sia adalah tanpa ada perintah, tanpa ada larangan.” (Tafsirul Quranul Karim, Ibnu Katsir, jilid 4, cet. Maktabah Darus Salam, 1413 H hal. 478)


Jadi manusia hidup tidak sia-sia, mereka memiliki aturan, hukum-hukum, syariat, perintah dan larangan, tidak bebas begitu saja apa yang dia suka dia lakukan, apa yang dia tidak suka dia tinggalkan.


Saudaraku-saudaraku kaum muslimin, sesungguhnya Allah menciptakan kita adalah untuk satu tugas yang mulia yaitu beribadah hanya kepada-Nya. Allah turunkan kitab-kitabnya, Allah mengutus rasul-rasul –Nya adalah untuk misi ini.
Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (adz-Dzariyat:56)
Sehingga hidup kita ini tidaklah sia-sia, melainkan kehidupan sementara yang sarat akan makna dan kelak akan ditanya tentang apa yang kita perbuat di dunia ini.


Kehidupan di Dunia Hanya Sementara
Ingatlah, kehidupan ini hanya sebentar. Pada saatnya nanti kita akan memasuki alam kubur (alam barzakh) sampai datangnya hari kebangkitan. Lalu kita akan dikumpulkan di padang mahsyar, setelah itu kita menghadapi hari perhitungan (hisab). Dan kita akan menerima keputusan dari Allah, apakah kita akan bahagia dalam surga ataukah akan sengsara dalam neraka.
Kehidupan setelah mati ini merupakan kehidupan panjang yang tidak terhingga.


Sehari dalam kehidupan akhirat adalah lima puluh ribu tahun kehidupan di dunia. Maka kita bisa lihat betapa pendeknya kehidupan manusia yang tidak ada sepersekian puluh ribu dari hari kehidupan akhirat. Berapa umur manusia yang terpanjang dan berapa yang sudah kita jalani? Itu pun kalau kita anggap umur yang terpanjang, sedangkan ajal kita tidak tahu, mungkin esok atau lusa.


Oleh karena itu seorang yang berakal sehat akan lebih mementingkan kehidupan yang panjang ini. Seorang yang cerdas akan menjadikan kehidupan dunia sebagai kesempatan untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat yang abadi.
Dan carilah dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi…. (al-Qashash:77)

(Bulletin Manhaj Salaf, Edisi: 55/Th. II, tgl 21 Shafar 1426 H/01 April 2005 M , judul asli Kematian Sebagai Peringatan, penulis asli Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed)

Sabtu, 10 Juli 2010

REUNI

CONTOH TIPS - TIPS REUNI...........

Apa itu reuni?
Arti reuni itu adalah ketemu dengan teman-teman lama setelah sekian tahun lamanya berpisah. Bagi sebagian besar orang mengatakan bahwa reuni adalah sebagai sarana menyambung silaturahmi yang sudah terputus akibat jarak dan waktu yang sudah berbeda.

Namun perlu Anda ketahui bahwa pada masa-masa yang sekarang ini Anda dan teman-teman Anda sudah berubah dari masa-masa yang telah lalu. Tidak jarang terkadang ingatan lama dahulu membangkitkan sentimen tersendiri yang mungkin saja bisa berpengaruh bagi kehidupan saat ini.

Berikut ini kami bagi tips-tips agar Reuni Anda berkesan dan banyak mengandung nilai-nilai positif bagi Anda dan teman-teman Anda.

1. Pastikan Anda dapat hadir dengan mengkonfirmasikan kepada panitia. Karena Panitia akan mudah mendata siapa-siapa yang bakal hadir dan beserta siapa dia akan hadir. Dengan demikian anda membantu panitia dalam persiapan reuni itu agar sukses.
2. Gunakan baju-baju yang sopan, karena biasanya ada mantan guru-guru dan senior-senior kita yang hadir. Ini untuk menghormati mereka tentunya.
3. Ikuti dan simak acara reuni yang dipandu oleh panitia.
4. Jangan lupa sediakan kartu nama Anda yang banyak. Ini berguna bila panitia menyediakan door price (tapi jangan dulu berharap). Di sisi lain mungkin kartu nama Anda akan bisa menyambung bisnis Anda berkembang dengan banyaknya teman Anda mengetahui kegiatan Anda saat ini.
5. Temui dan sapa teman-teman Anda yang dahulu menjadi teman berkumpul dengan ramah.
6. Jangan memberikan kata-kata yang menyinggung perasaan teman Anda. Ingat bahwa bisa jadi perbedaan status Anda dan teman Anda menjadi pemicu konflik bila ada hal-hal yang menyinggung.
7. Bawa kamera digital Anda untuk memudahkan Anda dalam mengenang peristiwa reuni itu. Karena reuni itu tidak selalu bisa terulang kembali. Atau barangkali kita tidak akan ketemu lagi, Wallahualam.
8. Silakan membeli kenang-kenangan reuni (bila ada) seperti kaos reuni, gelas atau dll. untuk membantu panitia sekaligus sebagai kenangan Anda.
9. Terakhir dan tidak lupa kita saling mendoakan agar kita semua diberi kesehatan dan ketentraman mengarungi hidup selanjutnya.

Demikianlah tips-tips reuni buat Anda. Silakan anda kembangkan sendiri tergantung pada pilihan Anda.

Yang pasti jaman sudah berubah banyak, mungkin saja ada salah satu dari teman kita yang sudah sukses atau sudah berkeluarga atau bujangan atau tidak punya pekerjaan atau bahkan ada yang sudah meninggal atau sakit keras dan lain-lain.

Jadikan Reuni ini reuni yang bermanfaat bagi kita semua sehingga tidak menyia-nyiakan dana reuni yang sudah digalang bersama. aamiin.

Semoga Sukses !!!!

Nah teman2 diatas adalah salah satu contoh tips2 reuni, kira2 kapan ya sekolah kita mengadakan reuni........????????????